"Wahyu Sumber Kebenaran Final"
Kaum Muslimin sepakat bahwa sumber kebenaran agama Islam paling absolut hanyalah al-Qu'ran dan as-Sunnah, sehingga wajib bagi setiap muslim berpegang teguh dengan keduanya dalam setiap urusan dunia, agama maupun akhirat, karena orang yang komitmen terhadap keduanya tidak akan pernah sesat dan celaka untuk selama-lamanya, Allah ﷻ berfirman,
[123] فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ...
"Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjukku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thaha ; 123)
Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata, "Allah akan menjamin orang yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya, bahwa ia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat. "
(Tafsir ad-Durul Mantsur, as-Suyuthi, 4/311)
Nabi ﷺ juga bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِ
Aku telah tinggalkan pada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
(Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Jika kaum muslimin mengikuti keduanya (al-Qur'an dan as-Sunnah) secara konsisten, pasti memperoleh hidayah dan seluruh amal ibadahnya diterima oleh Allah serta bahagia dunia dan akhirat. Karena mengikuti perintah Allah تعلى dan Rasulnya merupakan satu-satunya jalan untuk meraih hidayah, kemenangan dan kebahagiaan, terutama dalam bidang akidah, karena dengan akal semata, manusia tidak mampu mengetahui secara detail tentang masalah aqidah dan tidak bisa mencerna secara rinci perkara ghaib. Bila mereka berpegang teguh kepada al-Qu'ran dan as-Sunnah, berarti mereka telah memegang tali agama dengan kokoh dan mendapat petunjuk dalam memahami kebenaran Islam. Sebaliknya jika mereka berpaling darinya dan mengikuti hawa nafsunya, maka akan tertimpa kenistaan, kehancuran, dan kehinaan.
Sangat disayangkan, kaum muslimin zaman sekarang telah banyak teracuni ajaran (Syirik dan Bid'ah), sementara mereka apriori terhadap tauhid. Budaya lokal dikukuhkan menjadi pedoman, dan ironinya lagi, mereka alergi terhadap ajaran yang berbau islam. Para dukun dan tukang sihir laris manis dan padat pengunjung setiap harinya. Anehnya, ulama panutan, ulama Rabbaniyyin dihina dan dihujat habis-habisan, filsafat, kalam, mantiq dipercaya sebagai ilmu yang shahih, lebih lucu lagi, pemahaman "Salafush Shalih" dianggap kolot dan puritan. Primbon kejawen dan kitab mujarabat menjadi tuntunan, sedangkan kitab para ulama rabbani yang sarat dengan ilmu bermanfaat dicap memuat ajaran radikalisme yang harus dibumi hanguskan. Pemikiran penduduk orientalis dan ajaran kufur dianggap "Sakral", tapi ironinya al-Qu'ran dan as-Sunnah dicampakkan. Bahkan adat warisan nenek moyang dibela mati-matian namun atsar para sahabat yang shahih dituduh sesat, radikal, ekstrem dan lain-lain. Keadaan mereka percis sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah ﷺ,
إِنَّ أَحْمَقَ الْحُمْقِ وَأَضَلَّ الضَّلاَلَةِ قَوْمٌ رَغِبُوْا عَمَّا جَاءَ بِهِ نَبِيُّهُمْ إِلَيْهِمْ إِلَى نَبِيِّ غَيْرِ نَبِيِّهِمْ وَإِلَى أُمَّةٍ غَيْرِ أُمَّتِهِمْ
"Sebodoh-bodohnya orang dan paling sesatnya kaum adalah mereka yang menolak apa yang dibawakan nabi mereka dan mengambil dari nabi yang terdahulu dan begitu pula umat (yang mengambil tradisi) dari umat terdahulu."
(Shahih: Isnad dikeluarkan oleh Ibnu Jarir di dalam tafsirnya 21/6 , ad-darimi dalam sunannya,no 484 dan as-suyuthi dalam ad-Durul Mantsur, 5/148. Hadits mursal dengan sanad yang shahih).
Sebagai penutup saya bawakan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله تعالى beliau berkata, "Tidak ada perselisihan di antara umat, bahwa sunnah sebagai landasan agama yang independen dan sumber kedua bagi ajaran Islam, maka wajib bagi kaum muslimin, bahkan seluruh umat manusia untuk mengambil dan berpegang teguh serta menjadikan sunnah sebagai hujjah dalam agama ketika telah mendapatkan hadits dengan sanad yang shahih dari Rasulullah ﷺ."
(Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 8/133)
Wallahu A'lam Bishawwab
Disadur dari Buku "Putih Ahlussunnah Wal Jama'ah" Karya Al-Fadhil Ust Zainal Abidin Bin Syamsuddin حفظه الله
Pengetik: Al-Faqir Ila Ar-Rahman
(Alfikri Nugraha)
Alumni Man 1 Pontianak